Dalang kondang yang juga merupakan Bupati Kabupaten Tegal periode 2014-2019, Ki Enthus Susmono, meninggal dunia pada Senin (14/05) sekitar pukul 19.15 WIB, karena penyakit jantung yang dideritanya. Menurut informasi yang beredar, Ki Enthus bersama rombongan berencana akan menghadiri acara pengajian di Desa Argatawang, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Namun di tengah perjalanan, Ki Enthus mengeluh, merasakan nyeri dada dan mual hingga tidak sadarkan diri.
Melihat kondisi tesebut, Ki Enthus segera dilarikan ke Puskesmas Jatinegara dan tiba di sana pukul 17.45 WIB.
“Saat itu, tim medis Puskesmas Jatinegara yang dipimpin dokter Ulinuha pun segera melakukan upaya pertolongan. Mulai dari pemeriksaan denyut nadi, tekanan darah, gula darah hingga pemasangan infus, Enthus masih juga tidak sadarkan diri,” ucap PJS Bupati Tegal Sinoeng N Rachmadi di RSUD dr Soeselo Slawi.
Atas pertimbangan tersebut, dokter Ulinuha memutuskan Ki Enthus untuk dirujuk ke RSUD dr Soeselo, Slawi menggunakan ambulan Puskesmas Jatinegara. Upaya resusitasi jantung paru segera dilakukan bersama tim medis selama kurang lebih 45 menit. Namun, tetap tidak ada respons.
Ki Enthus pun kemudian dinyatakan oleh tim dokter telah meninggal dunia pada pukul 19.15 WIB, dengan penyebab kematian serangan jantung.
SEKILAS TENTANG KI ENTHUS SUSMONO
Ki Enthus Susmono merupakan anak semata wayang dari Soemarjadihardja, dalang wayang golèk kondang asal Tegal, Jawa Tengah. Sedangkan kakek moyangnya, R.M. Singadimedja, merupakan dalang terkenal dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di Mataram.
Ki Enthus -begitu sapaannya- dengan segala kiprahnya yang kreatif, inovatif serta intensitas eksplorasi yang tinggi, telah mengantarkan dirinya menjadi salah satu dalang kondang dan terbaik yang dimiliki Indonesia.
Gaya sabetannya yang khas, kombinasi sabet wayang golek dan wayang kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang lainnya. Ia juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun komposisi musik, baik gamelan maupun musik-musik modern. Kekuatan mengintrepretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu terkini membuat ia dijuluki sebagai Dalang Edan.
Pada tahun 2005, Mantan Kasatkorcab BANSER Kabupaten Tegal ini terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia yang diselanggarakan di Taman Budaya Jawa Timur. Dan pada tahun 2008 ini dia mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di Denpasar, Bali.

Ki Enthus merupakan salah satu dalang yang mampu membawakan pertunjukan wayang menjadi media komunikasi dan dakwah yang sangat menarik. Kemahiran dan keunikannya dalam mendesain wayang-wayang kontemporer seperti Wayang Goerge Bush, Wayang Saddam Husein, Wayang Batman, Wayang Teletubies, Wayang Alien, dan lain-lain berhasil menyihir penonton. Lakon-lakon yang ia bawakan bak pertunjukan opera wayang yang komunikatif, spektakuler, aktual, dan menghibur. Hingga pada tahun 2007, Ki Enthus berhasil memecahkan Rekor Muri sebagai dalang terkreatif dengan menampilkan kreasi jenis wayang terbanyak, yakni berjumlah total 1491 tokoh wayang.

Kiprah perdalangan Ki Enthus sudah tidak diragukan lagi. Tercatat sudah hampir ribuan kali Ki Enthus menggelar pementasan wayang di berbagai kota di Indonesiamulai dari tahun 1986 hingga sekarang. Karena ketokohannya di dunia perdalangan, dalang yang lahir pada 21 Juni 1966 ini pada tahun 2005 menerima gelar Doktor Honoris Causa bidang seni-budaya dari International Universitas Missouri, Amerika Serikat dan Laguna College of Business and Arts, Calamba, Filipina. Peraih Upakarti Reksa Manggala Budaya atas dedikasinya melestarikan kebudayaan dari UNNES ini juga memiliki ratusan karya yang tersimpan dalam museum antara lain di Belanda, Jerman, dan New Mexico.
Ki Enthus menghembuskan nafas terakhirnya diusia 52 tahun, dan dimakamkan di serambi depan rumahnya yang berada di Desa Bengle, Kecamatan Talang. Selama prosesi pemakaman, ribuan warga, kolega dan beberapa dari seniman tampak berdatangan untuk ikut melayat. Anggota Polres Tegal, TNI dan ratusan anggota Banser dikerahkan untuk mengamankan jalannya pemakaman.

Selamat Jalan, sang legenda Ki Enthus Susmono. Terimakasih atas segala jasa, kebaikan dan nasehat yang engkau berikan selama ini. Meski telah tiada, nama dan karya-karyamu akan tetap abadi, menjadi ruh penyemangat kami untuk senantiasa berkarya, mengabdi untuk negara dan berdakwah dengan jalan yang rahmatan lil alamin.// (Basyar)
Baca juga: Al-Insan Al-Kamil, Perspektif Abdul Karim Al-Jili
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)