Menghargai waktu adalah sesuatu paling berharga yg dimiliki oleh setiap makhluk hidup khususnya manusia, karena setiap waktu yg telah berlalu tidak bisa diputar atau diulang kembali maka manusia dituntut untuk benar-benar memanfaatkan waktunya, setiap jam, menit, dan detiknya sebaik mungkin. Waktu tidak bisa dibeli, tidak juga untuk dijual, apalagi untuk diperjualbelikan. Waktu adalah nikmat yg diberikan Allah SWT kepada makhlukNya, bisa juga disebut sebagai misteri yang mana tidak seorang pun dapat mengetahui waktu yang akan datang.
Dalam perspektif Islam tentang menghargai waktu, bahwasanya waktu adalah anugerah dan nikmat yang Allah SWT berikan kepada setiap makhlukNya. Bagi manusia, menghargai waktu menjadi salah satu hal terpenting dan paling inti yg dimilikinya. Islam tidak hanya berbicara menyoal waktu di alam dunia saja, akan tetapi menyeluruh sampai ia mati pun Allah SWT sudah mengaturnya dalam ajaran Islam, waktu akan terus berjalan, hanya saja waktu di alam dunia dengan alam akhirat itu tidak sama. Kalau di dunia kita habiskan waktu kita untuk menanam (beramal), di akhirat lah waktunya kita untuk menuai (memetik hasilnya). Maka manfaatkan lah waktu yang telah diberikan dengan beramal saleh dan berbuat kebajikan.
Orang yang merugi adalah orang yang tidak bisa memanfaatkan waktunya dengan baik sehingga waktu yang telah ia lewati sia-sia begitu saja tanpa adanya nilai positif atau manfaat di dalamnya. Akan lebih merugi lagi jika seseorang telah menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang dibenci dan dilarang oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:
وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنْسٰنَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَعَمِلُوْا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Artinya: Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran. (Q.S Al-Ashr ayat 1-3).
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata: “Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tidak mampu menggunakan untuk menebas, maka kaulah yang akan ditebasnya dan jika dirimu tidak disibukkan dalam kebenaran, maka kau akan disibukkan dalam kebatilan.” Hal ini menunjukkan akan pentingnya waktu yang dihabiskan oleh manusia, untuk apa ia gunakan? Apakah dalam kebenaran? Atau malah kebatilan yg menyibukkannya?Waktu adalah hidupmu, ketika kau kehilangan waktumu, maka kau akan kehilangan hidupmu.
Baca Juga: Etika di Era Millenial
Lalu bagaimana cara kita agar bisa menghargai, mensyukuri, dan memanfaatkan setiap waktu yang Allah SWT berikan kepada kita sehingga kita tidak kehilangannya dan waktu yang berlalu tidak sia-sia?
Pertama, yaitu dengan cara manajemen waktu dengan baik, buatlah daftar kegiatan yang akan kita lakukan dalam jangka pendek maupun panjang, sehingga setiap waktunya sudah mempunyai panduan untuk apa yang akan dan harus dilakukan.
Kedua, isi waktu luangmu dengan sesuatu yang bermanfaat, Sebagaimana sabda Nabi SAW dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
حَدَّثَنَا الْمَكِّيُّ بْنُ إِبْرَاهِيمَ ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ ، هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ؛ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ “. قَالَ عَبَّاسٌ الْعَنْبَرِيُّ : حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عِيسَى ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سَعِيدِ بْنِ أَبِي هِنْدٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِثْلَهُ
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Dua kenikmatan, kebanyakan manusia tertipu pada keduanya, (yaitu) kesehatan dan waktu luang”. (HR Bukhari, juz 8, hal 88, no. 6412).
Hadits ini menunjukkan bahwa waktu kosong atau luang adalah nikmat dari Allah SWT yang banyak manusia tertipu dan mendapatkan kerugian terhadap nikmat ini. Oleh karena itu, ketika kita memiliki waktu kosong atau luang, maka segeralah isi waktu kosong itu dengan hal yang bermanfaat seperti; berdzikir, bersholawat, bertadabbur, mengaji, membaca, membantu sesama, dsb.
Ketiga, harus mempunyai prinsip dan komitmen yang kuat untuk bisa merealisasikan jadwal yang telah dirancang atau disusun.
Keempat menghindari kegiatan atau pekerjaan yang dirasa tidak menghasilkan manfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Terakhir, ingat selalu bahwa waktu hanya ada tiga:
a. Sekarang: Saat ini dan detik ini juga.
b. Kemarin: Masa lalu, waktu yang telah berlalu dan dilalui yang mana tidak akan bisa terulang kembali.
c. Besok: Masa atau waktu yang akan datang dan tidak ada seorang pun yang mengetahuinya.
Penulis: Nurul Fadhilah (Ketua Muslimat NU Sudan 2019-2020)
Bagikan ini:
- Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
- Klik untuk berbagi di Telegram(Membuka di jendela yang baru)
One Response