Pendobrak Kejumudan; Arah Pengabdian LAKPESDAM PCINU SUDAN 2022-2023

Lembaga kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (LAKPESDAM PCINU) Sudan adalah lembaga PCINU Sudan yang berfungsi sebagai lembaga kajian isu-isu strategis, dan dialog di berbagai bidang keilmuan terkhusus yang berkaitan dengan Islam dan masyarakat. Sebagai upaya pemberdayaan manusia demi terwujudnya transformasi sosial yang berkarakter, berwawasan luas, serta nantinya mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat.

Baca juga Pelantikan Pengurus Baru, Achmad Fauzi Tegaskan Peran NU Sudan sebagai Duta NU Luar Negeri

LAKPESDAM pada periode ini tampil dengan wajah dan kemasan baru tanpa menghilangkan esensi dan karakteristik LAKPESDAM itu sendiri. Semuanya tidak lain sebagai upaya konsistensi dan relevansi kebutuhan masyarakat secara umum dan mahasiswa secara khusus. Yang dengan itu semua akan digalakkan berbagai program LAKPESDAM di periode ini dengan metode dan pembingkaian yang cukup ringan, namun tetap memberikan kesan berbobot.

Tentunya, sebagai calon penerus estafet intelektual muda Nahdlatul Ulama di Sudan yang masih sama-sama belajar dan berusaha menghidupkan kesadaran akan pentingnya keilmuan, merupakan suatu tugas yang bisa dikatakan tidaklah mudah. Akan tetapi, ikhtiar wajib kita lakukan sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mengemban amanah mulia sebagai wadah kajian dan pengembangan sumber daya manusia.

Setelah membaca tantangan, harapan, potensi dan kebutuhan, dapatlah kita rumuskan suatu rancangan agenda pengabdian untuk para intelektual kader Nahdliyyin Sudan. Bersamaan dengan itu, dengan bekal membaca kebutuhan dan tantangan yang ada, nantinya dapat terbentuk metodologi terpadu dan terintegrasi dalam memahami lokus diskursus keilmuan.

Dalam kaca mata realitas, tidak sedikit dari kita yang kurang menyadari pentingnya perhatian terhadap kajian teorisasi terhadap ilmu tasawuf di kalangan Nahdliyin Sudan. Yang sudah bisa kita pahami bersama bahwa tasawuf tidak lepas dari baju kehidupan keseharian. Di sisi lain, praksis-praksis tasawuf yang kita lakukan dalam keseharian tidak terbentuk begitu saja, namun pijakan teorisasi menjadi penentu munculnya praksis-praksis yang perlu kita lakukan bersama-sama. Maka dari itu, penerapan pada diri sangat perlu dibarengi dengan pemahaman yang baik dan terarah tentang konstruks teorisasi tasawuf, agar nantinya tidak sampai menjerumuskan manusia pada kehidupan asketisme yang salah kaprah, dengan kata lain dapat membuat manusia kehilangan jati diri sebagai mandataris Tuhan.

Atas dasar tersebut, LAKPESDAM PCINU Sudan periode ini akan merancang ‘diskusi bersama secara kritis guna membuka tabir kejumudan intelektual’.

“..penerapan tasawuf sangat perlu dibarengi dengan pemahaman yang baik dan terarah tentang konstruks teorisasi tasawuf, agar nantinya tidak sampai membuat manusia kehilangan jati diri sebagai mandataris Tuhan.”

Gambaran Umum Tentang Halaqah Ilmiah

A. Tujuan dan Manfaat

1. Mendiskusikan dan merumuskan tasawuf dalam konteks sosial yang meliputi status tasawuf sebagai kedudukan ilmu dasar, integrasi tasawuf dengan keilmuan lainnya, dan tasawuf sebagai pijakan dasar dalam menapaki kehidupan sosial baik dalam kontruks masyarakat maupun negara.

2. Meningkatkan iklim kritis dalam analisa di kalangan kader Nahdliyyin maupun mahasiswa secara umum, guna merespons isu-isu subtansial sebagai upaya pengembangan khazanah keilmuan keislaman.

3. Menggunakan metode “filterisasi” dan integrasi terhadap nilai-nilai keilmuan dalam suguhan titik temu dan format tertentu.

B. Rasional dan Urgensi

 Salah satu kekuatan diskusi ilmiah di lingkungan Nahdliyyin adalah adanya warisan intelektual yang tertuang dalam kitab-kitab klasik yang disebut kitab kuning. Dalam literatur kitab kuning ini termuat pikiran-pikiran ulama klasik Islam yang hidup pada rentang abad-abad awal. Tentu saja, buah pikiran ulama ini dapat menjadi parameter rujukan tingginya kapasitas keilmuan dan gambaran situasi pada zamannya, terutama situasi yang peka terhadap konstruks realitas keadaan sosial masyarakat maupun pedoman dalam bernegara.

Di sisi lain, juga sebagai upaya pada arah, misi, dan tujuan dalam pembentukan intelektualisme yang berangkat dari (ayat 122 surat al-Taubah), yang mengandung dimensi kesadaran aplikatif, karena misi “liyunziru qaumahum …” mengharuskan ilmu-ilmu yang diperoleh dari proses “liyatafaqqahu fi al diin” mutlak direalisasikan. Sehingga nantinya dapat terwujud kader Ulama intelektual Nahdliyin Sudan yang memiliki potensi beragam dan memiliki ciri khasnya tersendiri.

Di antara yang paling menonjol dan menentukan semua itu, adalah kajian-kajian subtantif, moderat, lebih akurat dan orisinalitas. Sesuatu potensi yang sesungguhnya yang sangat bernilai, terutama dalam rangka langkah intelektual yang berupaya maju, dengan meminggirkan kegiatan palsu atau formalitas saja yang justru hanya akan berujung pada kelesuan intelektual.

C. Gagasan Dasar

1. Moderatisme Tasawuf dan Cinta Tanah Air

Tasawuf merupakan kebutuhan yang bersifat fitri pada setiap manusia dan berfungsi sebagai alat pengendali dan pengontrol manusia untuk tercapainya supremation of morality (keunggulan dan kejayaan akhlak). Sehingga tasawuf memiliki relevansi dan signifikansi dengan problema manusia modern, serta dapat dipahami sebagai pembentuk tingkah laku melalui pendekatan tasawuf-akhlaqi sebagai landasan moderatisme setiap muslim sebagai hamba sekaligus Khalifah Allah di muka bumi. Sangat layak moderatisme tasawuf menjadi aspek yang sangat penting di era globalisasi sebagai sumber inspirasi dan spiritualitas dalam menaungi kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Relasi Agama dan Negara

 Hubungan antara agama dan negara merupakan hubungan yang kompleks, erat dan tidak sederhana. Keduanya merupakan dua unsur yang berbeda namun tidak bisa dipisahkan antara satu dan yang lainya, terutama dalam konteks kebudayaan dan keberagaman. Maka, sepatutnya keduanya mampu bersinergi dengan baik dan membentuk karakteristik yang seimbang serta proporsional berdasarkan nilai-nilai Islam yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan kemanusiaan dan kebangsaan.

Tentang Program Kerja

A. Halaqah Ilmiah

Halaqah yang bertujuan mendalami khazanah keilmuan secara komprehensif dalam tataran epistemologi.

Pemetaan:

– Mendalami khazanah keilmuan secara komprehensif dalam tataran epistemologi.

– Mengasah nalar dialektika berpikir agar menghasilkan postulat-postulat keilmuan yang matang.

– Mengkaji lebih dalam mengenai konsep dasar tasawuf yang digunakan sebagai pijakan Nahdlatul Ulama.

– Pelaksanaan forum Titik Temu antar elemen mahasiswa Indonesia di Sudan.

– Mengkaji pemikiran tokoh Ulama intelektual Sudan sebagai pengayaan gagasan sesuai momentum pelaksanaan.

B. Musyawarah Santri

Mengasah ta’hili (pemilihan masalah) dan takyif al-fiqhi (menerapkan dalil secara konseptual) guna menjawab problematika aktual dengan merujuk kitab-kitab fikih klasik maupun kontemporer, baik berupa bingkai gagasan maupun gerakan turats.

Pemetaan:

– Merawat tradisi musyawarah tura sebagai tradisi keilmuan ala Nahdlatul Ulama.

– Mengasah ta’hili dan takyif al-fiqhi dalam menjawab problematika aktual dengan merujuk kitab-kitab fikih klasik maupun kontemporer.

– Observasi dan mengumpulkan khazanah keilmuan karya Ulama Sudan.

– Memperkenalkan khazanah karya Ulama Nusantara sebagai daya tawar diplomasi keilmuan.

– Melacak dan memperkuat mata rantai sanad keilmuan Ulama NU dan Sudan

C. Dialog Peradaban

Forum dialog Internasional antar ulama intelektual PBNU dan intelektual Sudan secara virtual sebagai upaya rekonsiliasi konflik dengan meneguhkan wisdom tasawuf sebagai representasi nilai-nilai ajaran agama Islam untuk solusi dari masalah-masalah kemanusiaan maupun kebangsaan.

Pemetaan Halaqah Ilmiah dan Turats

Pemetaan:

– Silaturahmi bersama antara PBNU dan Ulama berpengaruh Sudan.

– Berdialog dengan para Ulama Sudan untuk meluruskan pandangan bahwa mengedepankan konflik tidak akan pernah membangun peradaban sebuah negara.

– Berupaya mewujudkan hasil konkret dari wacana gagasan menjadi bentuk gerakan yang berkelanjutan.

Adapun rujukan primer gagasan LAKPESDAM di antaranya Qonun Asasi Nahdlatul Ulama, Kiai Yahya Cholil Staquf “Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama”, Kiai Afifuddin Muhajir “Fikih Tata Negara: Upaya Mendialogkan Sistem Ketatanegaraan Islam”, Tema Muktamar Ke-34 NU: “Menuju Satu Abad, Kemandirian, dan Perdamaian Dunia”, Nota Kesepakatan antara Nahdlatul Ulama dan Majma’ Sufi, Abdul Jalil Abdullah Saleh “Sufisme dan Politk di Sudan”, dan lain-lain yang berkaitan dengan tujuan dan gagasan LAKPESDAM di periode ini.

Semoga dengan ini semua, dapat membawa manfaat lebih bagi kita sebagai kader nahdliyyin guna mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tentunya tidak hanya berkualitas dari segi pemahaman sebagai calon ulama intelektual, melainkan juga dari segi karakter dan akhlak yang terpuji.

Penulis: Pendekar LAKPESDAM

2 Responses

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: